twitter


Tidak terasa sudah di penghujung tahun 2011. Sedikit flashback, teringat resolusi saya di tahun 2011. Alhamdulillah bisa terwujud. Saya ucapkan syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT, juga kepada orang - orang terdekat yang sudah membantu mewujudkan resolusi itu. Sekarang saya ingin berbagi kesuksesan ini dengan kalian semua. Selamat membaca :)


Semua berawal dari sini.....

Semasa SMP, pemerintah setempat mewajibkan siswi SMP untuk berjilbab. Disini pertama kali saya berjilbab, hanya di lingkungan sekolah. Dan berlangsung selama tiga tahun. Dibangku SMA, sekolah memberi kebebasan untuk memilih seragam. Sebagian besar teman saya bertahan dengan berjilbab, dan saya melepasnya.

Aneh dan kurang nyaman tampil tanpa jilbab didepan umum. Ada yang hilang dalam diri saya. Meski menanggalkan jilbab, saya berusaha berbusana sesopan mungkin. Kadang mengenakan seragam rok panjang dengan kemeja lengan pendek. Prinsip saya berbusana, nyaman dan sopan.

Sempat dibeberapa moment saya merindukan jilbab. Bulan Ramadhan, pihak sekolah mewajibkan siswi berjilbab. Dimoment inilah rasa rindu untuk berjilbab terobati.

Puncaknya, ketika pertama kali menjadi mahasiswi. Sebagian besar sahabat saya berjilbab. Perasaan rindu berjilbab makin besar, sangat iri melihat mereka berjilbab. Terlihat anggun dan bersahaja.

Saya terbiasa mengenakan celana pendek selutut. Ketika keluar untuk membeli makan, muncul rasa tidak nyaman. Awalnya saya abaikan, tapi lambat laun semakin tidak nyaman. Akhirnya saya menceritakannya kepada orang tua dan sahabat. Berkat dukungan mereka, sekali lagi saya berkeinginan berjilbab.

Akhirnya saya berjilbab ketika berpergian saja, untuk proses adaptasi. Mulai merasa gerah, mungkin didasari dengan niat yang setengah – setengah. Akhirnya saya kembali ke kehidupan semula, tidak berjilbab. Seiring berjalannnya waktu, saya melupakan keinginan untuk kembali berjilbab. Waktu itu yang terpenting perbaiki akhlaq dulu baru berjilbab.

Semester 5, mendapat amanah untuk mengemban tugas sebagai ketua organisasi dikampus, secara bersamaan saya mendapatkan cobaan yang berat. Papa harus mendapat perawatan di ICU karena serangan jantung.

Dua minggu mendapatkan perawatan, Alhamdulillah kondisi beliau membaik. Dari cobaan ini, rasa takut terhadap kebesaran Allah makin kuat. Saya berusaha semakin mendekatkan diri, belajar dan memperdalam lagi agama yang saya yakini.

Tiga bulan berlalu, tepat di ujian akhir semester, papa kembali masuk ICU. Pasrah, yang bisa saya dan keluarga lakukan hanya berdo'a. Sekali lagi Allah menunjukan kuasaNya. Papa kembali sehat wa'alfiat. Kami semakin bersyukur dan mendekatkan diri kepada Allah. Disetiap coba'an yang Allah berikan, Allah menyelipkan nikmat di dalamnya. Subhanallah

Selain coba'an, Allah juga memberikan hidayah. Saya sering bermimpi berjilbab. Ketika terbangun, merasa sedih melihat kenyataan tidak berjilbab dan saya orang yang pernah menanggalkan jilbab. Sedih, takut dan malu kepada Allah. Keinginan berjilbab muncul kembali. Saya berkonsultasi dengan keluarga dan sahabat. Saya tidak mau melakukan perubahan yang setengah – setengah, ingin berubah luar dalam.

Bismillah, mulai berniat mewujudkan keinginan itu tepat di hari Raya Idul Fitri 1432H. Sebelum hari itu datang, saya punya waktu tiga bulan untuk mulai menabung busana panjang sehari - hari / kuliah. Saya juga mulai beradaptasi dengan busana panjang.

Banyak yang bilang "Itu hanya busana, tinggal memakai kerudung dan baju lengan panjang". Yakin, perubahan ini akan berdampak besar bagi kehidupan saya kedepan. Saya mempersiapkan semuanya secara maksimal, tidak ada lagi alasan untuk menanggalkan jilbab. Sengaja mewujudkan keinginan itu tepat di hari Raya Idul Fitri, ini sejarah hidup, saya ingin mengenangnya. InsyaAllah saya berjilbab karena Allah.


Tantangan bermunculan.....

Waktu SMP, saya selalu menghabiskan banyak waktu didepan cermin. Dimulai bagian jilbab yang kusut, ketika dipakai kurang simetris. Mood jadi rusak, mungkin karena faktor usia. Waktu itu saya masih "labil", jadi emosi tidak stabil ketika mendapati sesuatu yang kurang nyaman. Akhirnya Mama membelikan jilbab instan. Tinggal memakai bandana, lalu jilbab model masukan. Simple dan efektif.

Tantangan kedua, aktifitas berlebih dan terik matahari membuat saya gerah. Sekali lagi mama memberikan solusi, pilih bahan jilbab yang lembut dan cocok dikulit kita. Masalah teratasi.

Tantangan baru, fashion. Semasa SMP, model jilbab sangat minim. Jarang sekali ada jilbab untuk gadis seusia saya. Kebanyakan jilbab yang dijual untuk ibu – ibu dengan manik diatasnya, terkadang jika terkena sinar matahari berkilauan. Untuk sesusia saya terlalu berlebihan. Akhirnya, saya memakai model jilbab yang selalu sama, hanya bermain di warna.

Alhamdulillah, belajar dari pengalaman sebelumnya, sekarang tidak lagi menemui kesulitan diatas. Walaupun terkadang saya merasa gerah, sama sekali tidak terbesit untuk melepaskan jilbab atau bahkan menyesalinya.

Sudah banyak pilihan fashion style berhijab. Tinggal kita memilih fashion style yang nyaman dan semoga tidak menyalahi syari'at yang ada, tentukan pilihan sesuai karakter yang kalian miliki.

Permasalahan utama masih berhubungan dengan profesi. Saya masih kesulitan ketika memakai stetoskop, belum terbiasa dan sedikit lama memakainya karena terhalang jilbab. Sekarang masih proses adaptasi.


Kehidupan saya berubah....

Sekarang saya mendapatkan perlakuan lebih sopan. Bukan karena jabatan yang saya sandang, tapi InsyaAllah karena penampilan baru saya. Hijab menjaga kita dari prasangka buruk, jadi jangan salah gunakan hijab.

Alhamdulillah mendapat banyak teman yang mau berbagi ilmu agama. Semakin membuat saya bersyukur, bahwa nikmat Allah memang luar biasa. Subhanallah

Saya mendapatkan ketentraman jiwa. Keluarga besar, terutama nenek mendukung perubahan saya. Semakin terjalin kedekatan antar individu dalam keluarga, keharmonisan semakin terasa. Saya sendiri bingung, apa hubungan semuanya dengan perubahan saya. Tapi kenyataannya seperti itu. Alhamdulillah

Sebelumnya saya sedikit tomboi. Tapi tanpa saya sadari, perlahan belajar untuk bersikap lebih anggun, sopan dari sebelumnya. Saya benar - benar menjadi pribadi baru tanpa terlepas dari karakter yang saya miliki.

Perubahan diatas, berpengaruh terhadap kepribadian. Saya emosional dan sensitive. Dengan perubahan yang terjadi dalam hidup, saya berusaha memperbaiki kekurangan yang saya miliki. Bukan untuk menjadi sempurna, tapi menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya.

Selama empat bulan saya mengalami hari - hari yang luar biasa. Sekali lagi mendapatkan amanah untuk memimpin di organisasi dengan skala lebih besar. Selama menjalankan amanah, Allah memberikan kemudahan dan kekuatan yang luar biasa. Kemudahan, Allah berikan berupa ketabahan, kekuatan, ketegaran, kesabaran dll. Bentuk kekuatan, Allah berikan melalui dukungan keluarga, sahabat yang luar biasa, tetap mendapat partner kerja yang selalu totalitas.

Allah memberikan rejekinya kepada saya, melalui papa dan kakak. Alhamdulillah Allah berikan kesehatan kepada papa untuk mencari nafkah di jalanNya, dan Allah memberikan kemudahan kepada kakak saya dalam merintis karir. Alhamdulillah berkah yang saya rasakan bisa dinikmati juga oleh orang - orang terdekat saya.


Permohonan.....

Jangan ragu memulai sebuah perubahan berarti. Apalagi demi masa depan. InsyaAllah masa depan dunia akhirat. “Berniat berjilbab saja sudah bagus, apalagi mengamalkannya”. Niat saya semakin kuat, apalagi dukungan dari keluarga dan sahabat. Tidak mau menyia – nyiakan dukungan mereka. Ketika sudah mulai berjilbab, saya sangat bangga. Sudah mengamalkan dan mewujudkan harapan orang – orang terdekat kita.

Pertama kali tampil berjilbab dikampus, respon teman – teman luar biasa. Mereka turut berbahagia untuk perubahan saya. Subhanallah, jujur saya terharu dan bahagia sekali.

Saya ingin kalian merasakan kebahagiaan yang sama. Kadang kita butuh perubahan, ubah mindset, jangan terfokus dengan paradigma klasik “perbaiki hati dulu baru berjilbab. Memperbaiki hati dan busana? Mana yang lebih mudah untuk dilakukan terlebih dahulu. Kenapa kita tidak memulai dari hal yang paling mendasar, perubahan kecil akan memicu perubahan besar.

Mohon petunjuk sama Allah, sering sharing dengan teman berhijab. Dimulai dari niatnya, kalau setengah – setengah pasti muncul keraguan. Lalu biasakan mengenakan jilbab, manusia butuh adaptasi.

Mungkin faktor keraguan yang timbul dalam diri kalian adalah kurangnya percaya diri dan kekhawatiran. Ketika kalian sudah berhijab, kalian tetap jadi diri kalian sendiri bukan orang lain. Dan khawatir attitude kalian tidak bisa berubah jadi lebih baik. Itu butuh kesadaran dan keteguhan hati.

Kalau niat berhijab di dasari dengan keyakinan dan kesadaran diri sendiri. InsyaAllah, Allah akan menghapus kebimbangan dalam diri kalian. Apalagi kalau kita berhijab karena Allah.

Saya pernah bimbang, tapi mau sampai kapan. Lama kelamaan saya sendiri lelah. Dan Alhamdulillah, sekarang merasa lega karena sudah berhasil mewujudkan niat dan menghapus kebimbangan yang selama ini saya pendam.


Saya berharap "Perjalanan Hijab Saya" dapat menginspirasi kalian. Walaupun, mungkin belum banyak pengalaman yang bisa saya bagi. Tapi buat saya, belajar dari pengalaman orang itu penting. Pepatah "Experience is the Best Teacher" 100% benar adanya.

Jika seseorang pernah mendapatkan pengalaman baik, kita bisa belajar bagaimana proses menuju kebaikan itu. Sebaliknya jika buruk, kita bisa mengambil hikmah / pelajaran dari pengalamannya tanpa kita harus mengalami hal buruk terlebih dahulu, dan kita juga bisa terhindar dari hal buruk yang tidak kita inginkan. InsyaAllah

Semoga cerita saya bermanfaat dan bisa menginspirasi kalian semua. Saya tunggu cerita resolusi versi kalian. :)

.

2 komentar:

  1. Nice post tanti :) aku seneng bacanya..hehehe

  1. hehehe...
    makasi banyak ianta :*

Posting Komentar

Terima kasih sudah memberikan komentar :)